Periodisasi Secara Arkeologis Berdasarkan Benda-Benda Manusia Praaksara

May 02, 2018

Periodisasi secara arkeologis ditinjau dari benda-benda peninggalan manusia yang digunakan pada zaman praaksara. Berdasarkan benda-benda yang diteliti, peneleti membagi masa praaksara menjadi dua zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam.

Periodisasi Secara Arkeologis Berdasarkan Benda-Benda Manusia Praaksara
Periodisasi Secara Arkeologis Berdasarkan Benda-Benda Manusia Praaksara 


1) Zaman Batu
Pada zaman batu, selutuh perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari batu. Zaman batu dibagi menjadi zaman Palaelithikum, Mesolithikum, dan Neolithikum.


a) Paleolithikum
Palaeolithikum berasal dari dua kata, Palaeo artinya tua, dan Lithos yang artinya batu, sehingga zaman ini disebut zaman batu tua. Pacitan dan Ngandong Jawa Timur menjadi daerah yang banyak ditemukan hasil kebudayaan Palaelithikum. Zaman ini terjadi 600.000 tahun yang lalu. Pada masa ini manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Manusia memperoleh makanan dengan cara berburu, mereka memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan. Alat-alat hasil kebudayaan Palaelithikum terbuat dari batu yang bertekstur kasar dan belum diasah, contonya kapak perimbas atau menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong umbi-umbian.

b) Mesolithikum
Mesolithikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Hasil kebudayaan batu tengah sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu tua). Pada zaman ini, manusia sudah ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan yang menjadi ciri dari zaman ini adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan Abris sous Roche.

Kjokkenmoddinger berasal dari dua kata dalam bahasa Denmark yaitu kjokken berarti dapur dan modding aberarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddingerberarti sampah dapur. Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur berbentuk kulit kerang dan siput yang sudah menggunung dan memfosil. Kjokkenmoddinger terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan.

Abris Sous Roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua) jika digabung berarti gua tempat tinggal manusia purba untuk melindungi diri dari ancaman cuaca dan binatang buas. Pada gua tersebut dapat ditemukan alat-alat seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche dapat ditemukan di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan.

c) Neolithikum
Neolithikum, terdiri dari dua kata yaitu Neo berarti �baru� dan Lithos berarti batu. Neolithikum disebut juga zaman batu baru. Terjadi perubahan mendasar pada zaman ini, yaitu ditandai dengan kehidupan masyarakat praaksara yang mulai menetap dan bercocok tanam. Hasil kebudayaan yang terkenal dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong.

Kapak persegi memeunyai bentuk persegi panjang maupun trapesium.  Ada dua jenis kapak persegi menurut ukurannya, yaitu kapak persegi yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Kapak berukuran besar atau kapak beliung berfungsi sebagai cangkul, sedangkan kapak yang berukuran kecil bernama tarah atau tatah memunyai fungsi sebagai alat pahat.

Kapak lonjong memiliki bentuk lonjong, yang pada ujung lancip terdapat tangkai dan ujung yang lain merupakan asahan yang tajam. Ada dua kapak lonjong, yang berukuran besar biasa disebut Walzenbeil dan kecil biasa disebut Kleinbeil. Kapak lonjong berfungsi seperti kapak persegi. Selain kedua kapak tersebut, kebudayaan pada zaman Neolithikum adalah perhiasan, gerabah, dan pakaian. Perhiasan terbuat dari batu dan kulit kerang.


d) Tradisi Megalithik
Megalithik terdiri dari dua kata yaitu Mega berarti �besar� dan Lithos berarti �batu�. Megalithik berarti batu besar. Pada tardisi megalithikum dapat dijumpai bangunan dan batu-batu yang berukuran besar. Tradisi dizaman megalithikum erat kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Jenis-jenis bangunan megalithik antara lain sebagai berikut.

(1). Menhir merupakan tugu tempat pemujaan roh nenek moyang dan dijadikan penanda orang yang meninggal.

(2). Dolmen merupakan meja batu yang berwujud batu lebar yang ditopang oleh batu lain. Pada dolmen dijadikan sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur dan tempat duduk kepala suku atau raja.

(3). Kubur peti batu merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan mayat. Kubur peti batu terdiri dari enam buah papan batu dan sebuah penutup peti. Kubur peti batu diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung.

(4). Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil, berbentuk kubus dan bulat. Bentuknya kubus dan bulat. Waruga terdapat di Sulawesi Tengah.

(5). Sarkofagus berbentuk mirip lesung dan terdapat tutup di atasnya. Sarkofagus terdapat di Bali.

(6) Punden berundak merupakan tempat pemujaan roh nenek moyang yang berbentuk bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil.

(7). Patung yang berbentuk binatang maupun manusia.  


2) Zaman Logam
Zaman ini merupakan perkembangan dari zaman batu. Pada zaman ini mulai muncul peralatan selain dari batu yaitu besi dan perunggu. Berdasarkan perkembangannya, zaman logam dibagi menjadi tiga, yaitu zaman perunggu, zaman tembaga dan zaman besi. Untuk Indonesia mengalami dua zaman saja, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Hasil kebudayaan zaman logam antara lain kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu).

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »